Pages

Jujur gak ya?


Ketika hati kita ‘telanjang’
Terinspirasi dari program TV yang sempat ditonton ketika libur di rumah satu minggu ini. Program TV yang  asyik sekali dijadikan hiburan pelepas penat karena kita akan tertawa terpingkal-pingkal melihat si OP (Objek Penderita, bukan Objek Penelitian)  membeberkan apa yang menjadi rahasia hatinya di bawah pengaruh hipnotis. Ngeh kan apa program TV-nya? (Kalo gak ngeh, ya… itu sih kamunya aja yang gak gaul. :D)
Apa sih yang terpikirkan ketika  melihat hal itu?
Kejujuran, ketelanjangan hati.
Apa perlu sejujur itu menunjukkan apa yang kita rasakan dan pikirkan? Bagiku tidak, itulah mengapa Tuhan menciptakan hati dan akal kepada manusia. Hati untuk mengendapkan setiap masalah dan menimbang baik buruknya hal tersebut. Pikiran untuk mencari dan menciptakan solusi. Ketika dalam keadaan terhipnotis, siapa sih yang ingat untuk tetap sopan dalam memilih kata-kata? Gak ada, kan?  Itu karena apa yang dibicarakan tidak lagi memakai hati dan pikiran. That’s why it is funny to be watched!  Memang terkadang kita harus jujur  agar seseorang dapat berubah lebih baik, memperbaiki  hal jelek dalam dirinya, tapi kita lupa, orang yang sedang kita hadapi juga manusia yang dalam dadanya ada hati yang rapuh.  Aku punya pengalaman yang menarik tentang hal ini.
Pada malam terakhir TPD (Training Pengembangan Diri – sejenis masa bimbingan, sebuah ospek lanjutan) ada sebuah acara yang dinamakan ‘heart-to-heart’.  Dalam acara ini, seluruh mahasiswa tingkat 1 dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil  yang terdiri dari 9-10 orang. Setiap kelompok membentuk lingkaran  dan ada satu orang anggota kelompok  yang  bergantian duduk di tengah-tengahnya untuk ‘dihujani’ ungkapan hati, bisa berupa pujian, ucapan terima kasih, dan yang paling penting, masukan.  Sesi ini begitu melelahkan, sebab kita melakukannya harus dengan punggung yang tegak (layaknya orang meditasi) dan menggunakan hati sepenuhnya. Serius dan tulus itu benar-benar menguras tenaga ternyata!!

Instruktur (kayak senam aja..) selalu mengulang kata-kata yang sama, “ Ketika kalian mengatakan sesuatu pada teman kalian, gunakan hati kalian dan rasakan, itu akan menyakitinya atau tidak”, sembari  menekankan tangannya ke dada sebelah kiri. Terlihat sedikit lebay, ya? Tapi terbukti manjur  lho! Hehe…
Now, focus!! Kembali ke topik kita sebelumnya.
Menjadi jujur itu perlu, TAPI biarkan hati juga memainkan peranannya. Seseorang tidak perlu merasa tersakiti bahkan jika ia harus dikritisi, seseorang tidak perlu merasa dilukai bahkan jika ia harus diberi ‘tamparan’. 

0 komentar:

Posting Komentar