Pages

Mereka-temanku


Dua tahun aku mengenal mereka, aku tahu mereka bukan orang biasa. Berawal dari pertemuan kami yang terpaksa, perkenalan yang terjadi karena aku harus bisa beradaptasi dengan lingkungan yang cepat berubah. 
Aisyah, adalah orang pertama yang ku ajak berbincang setelah bersusah payah mencari teman sebagai langkah awal memulai adaptasi. Dia tidak banyak bicara dan absensinya tidak utuh pada semester pertama. Penilaian dini memang selalu terjadi, kan? Dan aku mengira dia sangat pendiam dan sulit ku ajak bicara. Tapi aku salah. Dia bisa menjadi teman yang mengasyikan, setidaknya denganku. Satu hal dari dugaanku yang benar adalah dia orang yang cerdas. Kamu tahu? Aku sempat merasa ketakutan ketika melihat dia berkacamata dan dia termasuk orang yang mendapatkan nominasi karena nilai testingnya yang besar. Beberapa guru sudah pasti telah mengincarnya karena prestasi tersebut, aku pikir ‘Wow’, dia dikenal beberapa guru bahkan sebelum mereka melihatnya. Bahasa Inggrisnya bagus, dia berbahasa dengan terstruktur dan grammar yang baik. Aku akui karena dialah  aku termotivasi untuk menguasai grammar. Kami memiliki beberapa kesamaan, kami sama-sama suka menulis dan menggambar, dan lagi-lagi aku merasa sedikit ciut ketika melihat puisinya yang unik dan gambarnya yang mempunyai karakter khasnya. Dia memiliki pembawaan yang tenang, yang seringkali aku katakan sebagai aura ketenangan yang mengerikan. Dia hanya tertawa mendengarnya. Aku sendiri begitu kontras dengannya, aku sangat ribut, berisik, cerewet dan panik.
            Selanjutnya Pratiwi, dia sangat kalem dan pendiam. Dia sungguh pendengar yang baik, dan selama pertemanan kami aku tidak pernah mendengar apapun mengenai kehidupan dia kecuali beberapa hal, selebihnya dia tertutup. Dia tipikal orang baik, tidak seperti aku yang ketus dan tukang marah-marah, dan karenanya dia selalu mendapat peran utama di setiap drama sekolah. Ya, peran utama yang baik dan kalem seperti Bawang Putih, Juliet, Cinderella. Ada satu hal menarik darinya, dia bisa menerima kabar sejelek apapun tanpa kelihatan shock seperti aku, hal yang membuat aku sedikit merasa iri. Aku pikir, ya ampun, imejnya dari awal memang seorang putri baik hati. dia juga punya bakat di bidang eksak, satu hal yang sedari dulu aku sukai. Kesadaranku mulai penuh, bahwa aku tidak seistimewa yang pernah aku bayangkan. Ada hal lucu, ketika kami berdua dengan empat orang siswa lainnya mengikuti pembinaan matematika untuk CTM (Cerdas Tangkas Matematika) UPI. Saat itu Chaerul berbicara dengannya secara tidak langsung melalui aku, dia tidak berani bertanya pada Pratiwi bahkan untuk hal-hal sepele. Ya ampun.. aku pikir dia sangat segan pada Pratiwi.

Liana, aku mengenalnya ketika aku naik ke kelas XI IPA 1, dia teman sebangku Pratiwi, dan karena aku, Pratiwi dan Aisyah selalu duduk di baris yang sama sejak kelas X-1, maka aku mengenalnya. Dia juga bukan seorang yang biasa, dia punya penalaran yang tidak bisa dikatakan mudah bagiku. Dia unggul di mata pelajaran kewarganegaraan, hal yang membuatku tak pernah tertarik. Tapi justru aku mengagumi orang yang bisa melakukan apa yang tidak bisa aku lakukan. Dia juga memiliki pronounciation yang jelas, itu dapat kusimpulkan dari penampilannya dalam DRAMA yang ditugaskan Guru Bahasa Inggris kami beberapa waktu yang lalu. Suatu saat aku tahu, bahwa dia mendapat hak istimewa dalam pertemanannya dengan Aisyah.

Risma, dia ku kenal di saat yang sama dengan Deliana. Dia sangat ekspresif, komunikatif dan memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi. Kadang aku merasa orang seperti dia akan mudah sekali dalam berakting atau berlaga dalam drama. Hal istimewa lain, dia punya daya ingat yang kuat, memori dengan kapasitas raksasa, begitu pikirku. Dia menghafal sesuatu dengan hanya sekali membaca dan menelaah. Aku selalu merasa dia istimewa. Bagaimana tidak? Perubahannya menanjak cepat ke arah yang positif. Dia memutuskan untuk menjadi muslimah yang kaffah 1 tahun yang lalu dan perubahannya begitu terlihat, cara dia berjalan, cara dia berbicara, semuanya. Aku merasa malu karenanya, sebab aku masih saja menunjukkan perkembangan lamban sejak 2 tahun yang lalu. Dua tahun hanya sedikit merubah bagaimana diriku.
Mungkin hanya mereka orang yang dekat denganku, tapi di kelasku, baik ketika aku di kelas X-1 maupun XI IPA 1, tak ada orang yang biasa. Masing-masing punya bakat yang unik. Aku sendiri entah berbakat atau tidak, yang jelas aku memiliki hobi yang orang lain tidak terlalu suka, menulis. Ya, aku senang menulis. Tulisan-tulisanku banyak didominasi oleh syair atau puisi, beberapa cerpen dan kadang naskah drama. Aku juga berminat dalam menggambar –aku punya kumpulan gambar yang kubuat- , selain itu aku suka matematika, pelajaran itu telah aku minati sejak aku duduk di bangku SD.

0 komentar:

Posting Komentar