hhmm... Sekarang hari selasa. Baru tiga hari yang lalu aku menulis
catatan, rasanya sudah sangat lama. Kalau sedang banyak yang dipikirkan,
sepertinya waktu menjadi berdetak tanpa tik tak, dan geletar ide untuk
menulis meluap.
Ramadhan kali ini tidak syahdu. Tak ada reramai alquran yang
dikumandangkan, tak ada tarawih yang digenapkan dengan kekhusyuan, tak
ada bedanya dengan bulan-bulan biasa, mengkhawatirkan. Yang ada hanya
riuh yang bergemuruh sesaat kala kumandang adzan diperdengarkan, riuh di
tempat makan, riuh berjejalan mengantri ta'jil, lalu sepi, tanpa
tasbih. Yang ada cuma perayaan yang membabi buta ketika perut dinyatakan
halal untuk berbuka. Yang ada hanya gempita yang tercipta karena sibuk
berbuka bersama orang-orang tercinta. Bahkan ada juga yang sibuk berdua
menanti tiba sang matari tercelup sempurna di barat sana. Seolah
ramadhan berarti tak makan juga tak bisa minum saja. Seolah ramadhan ada
untuk membuat kita bersyukur atas perut kenyang saja. Seolah ramadhan
ada untuk menjadi momen yang pas untuk berkumpul bersama, janjian sana
sini, sahur bareng hingga buka bareng digelar. Ah.... Yang benar saja!
Tahun ini, rasanya penghormatan terhadap bulan yang termaknakan
panas membakar ini semakin merosot saja. semakin sibuk dengan urusan
kepanitiaannya, semakin sibuk dengan tugas-tugas kuliah di semester
pendeknya, semakin sibuk berlarut dengan sukanya berkumpul keluarga,
semakin sibuk sendiri. Juga semakin sibuk mengelokkan diri dengan
kesibukan mengkhatamkan al quran, atau susah payah shalat malam demi
lailatul qadar. Semuanya sibuk sendiri. Apa ada yang peduli dengan
kerabatnya? apa ada yang mau melihat saudaranya? asyik saja mengelipkan
kilau diri tanpa mau tahu legam yang beredar di sekelilingnya.
Ini cuma refleksi. Tanpa kritisi, tanpa provokasi. Cuma miris melihat lingkungan yang semakin tak punya adab.
Ramadhan itu apa sih? Sepertinya setiap diri perlu menemukan
jawabannya sendiri, sehingga makna ramadhan tak cuma terhiaskan di
antara lapar dan dahaga hingga senja, atau menghabiskan separuh nafas
untuk membaca cintaNya.
Warung Kalde, 24 Juli 2012
Nirma Yawisa
0 komentar:
Posting Komentar