Rasanya pedih, ketika aku mendapati duniaku sakit. Aku berangkat pagi hari dengan disambut cemoohan dan unjuk rasa di media massa. Rasanya gila sekaligus ngeri yang teramat ketika kubuka lembaran koran, ketika kulihat berita di layar kaca, ketika kudengar gossip-gosip tetangga sekelilingku. Muak aku melihat mahasiswa yang melempar batu untuk apa yang mereka namakan ‘hak’, muak aku melihat orang-orang bergelar yang katanya terhormat itu saling melemparkan cacian, muak! Tak habis pikir mengapa orang-orang tua itu tak sakit jantung dengan banyaknya hal kacau di sekeliling mereka? Aku saja yang baru tinggal di negeri ini selama 18 tahun hidupku sudah merasa sebal. Atau karena sudah bosan dengan segala sesuatu yang sulit diubah? Apa karena sudah tak mau ambil pusing dengan semua hal yang berjalan salah? Apa karena kesalahan lumrah itu menjadi tak masalah?
Aku takut jadi seperti mereka yang kehilangan tenaga untuk membuka mata, aku takut menjadi seperti mereka yang kehilangan suara untuk memperdengarkan asa. Atau setidaknya, aku takut jika aku melepas apa yang kupegang selama ini. Idealis? Untuk hal yang memang pantas dipertahankan kenapa tidak? Mungkin hal itu yang diperlukan oleh Indonesiaku saat ini, orang yang idealis yang mempertahankan harga dirinya dan apa yang dipegangnya tanpa kehilangan rasa malu dengan amarah.
Aku sempat kaget juga ketika salah seorang temanku mengatakan bahwa orang yang idealis susah hidup. Justru aku kagum kepada orang seperti itu, seolah dunia berputar dengan mereka sebagai pusatnya. Seolah mereka tak mengikuti dan dipengaruhi dunia, tapi dunialah yang mengikuti mereka. Hebat sekali, bukan?membayangkan apa yang bisa dilakukannya untuk mengubah dunia seperti ingin mereka.
Mungkin kita bisa jadi salah satu dari mereka? Mulai saja dari hal-hal kecil dan sangat prinsipil! Kita bisa menanamkan nilai kejujuran pada diri kita, atau nilai kasih sayang, dan masih banyak yang lainnya!
1 komentar:
Kalo bisa, jadi idealis yang realistis.
Posting Komentar