Sejak lama, aku melupakan rasa yang menggelitik itu. aku lupa menjadi kanak yang memberikan warna merah muda pada langit, yang membulatkan daun-daun pada ranting yang kaku. Keluguan itu tidak seharusnya hilang bersama matangnya setiap pemikiran. Sejak kapan aku menjadi sebegini serius? Sejak kapan tiap tingkahku memaknai cibiran? Aku tersadar. Ya, kedewasaan mana yang membentangkan duka? Tidak. Tak pernah ada. Sebetulnya aku remaja labil yang berpura tenang – seolah tahu segalanya.
3 komentar:
pertamaxxx.....
proses pendewasaan terkadang membingungkan,tapi nikmati dan jalani yg terbaik... sukses dgn log barunya y
makasih... ini blog bukan puisi.hehe...
Posting Komentar