Dan menjadi orangtua? Wah... betapa luar biasanya hal itu. Akan ada perbedaan generasi yang cukup jauh. Dulu kupikir itu cuma alasan penganut faster marriage (kebelet kawin) saja yang selalu bilang bahwa lebih mudah kalau nikah muda. Sebab akan punya baby di usia yang relatif muda juga, which means... lebih mudah berinteraksi. Lebih mudah berkomunikasi. But.. aku akui sekarang, menghadapi adikku saja luar biasa pusingnya. Jadi, memang beralasan ya. Hehehe..
Terlepas dari loncat generasi yang jauh. Aku tetap saja percaya pada sesuatu bernama - keyakinan. Ya, keyakinan yang akan menjembatani setiap jarak yang terbentang antara aku dan suami, antara aku dengan (nanti) bayi kami. Siapa yang pernah mengira bahwa Usamah bin Zaid - seorang komandan perang termuda berusia 19 tahun, merupakan anak dari pernikahan yang sangat jomplang, bahkan beda generasi. Ayah Usamah ialah Zaid bin Haritsah, anak angkat rasulullah yang usianya 10 tahun lebih muda dari rasulullah. Sedangkan ibunya adalah Ummu Aiman, budak Habsyi yang umurnya melampaui Aminah, Ibunda Rasulullah. Sangat sangat jauh. Tapi dari pernikahan keduanya lah lahir seorang bayi islam yang dinantikan seluruh penduduk Madinah saat itu. Bayi yang bertumbuh menjadi seorang anak ksatria yang bersikeras mengikuti Perang Khandaq di usianya yang kelima belas. Masya Allah.
Keyakinan iman. Keyakinan yang mampu membuat kita meniti setiap perbedaan. Terus belajar membangun keharmonisan. Bukan hal yang sepele, sebab sungguh membutuhkan banyak sekali perbaikan.. penundukan ego.. kemauan menerima.. dan kerelaan berbagi.
Kebayoran Baru,
Nurma Sawiyya